Tips Menegaskan Oli Untuk Motor
Monday, May 10, 2021
Memilih oli mesin kadang cukup membingungkan, lantaran ketidak tahuan spesifikasi oli yang mau kita pakai. Pemahaman ihwal keadaan pengoperasian mesin yang dipakai, serta wawasan perihal spesifikasi oli, bisa menolong memecahkan problem was-was ini.
Sebagaimana sudah dipahami bahwa oli mesin memegang tugas yang sungguh penting misalnya memperkecil koeffisien friksi antar elemen mesin yang saling bersinggungan, menjadi cooling agent di ruangan mesin, menyingkir dari karat, mempertahankan mudah-mudahan tidak terjadi wearing pada permukaan elemen dsb.
Selain persyaratan tsb di atas oli mesin, di saat mesin beroperasi, selalu berada dalam lingkungan yang memiliki suhu tinggi dikarenakan proses pembakaran di ruang bakar. Proses pembakaran tsb juga memunculkan reaksi oksidasi serta memunculkan radicals atau senyawa yang biasanya timbul dikarenakan reaksi pengaruh panas, sehingga memunculkan penurunan kualitas oli mesin tsb. Untuk mempertahankan kwalitas oli dari reaski tsb dikehendaki additive pencegah oksidasi.
Disamping itu blow-by gas yang ialah gas pembakaran yang masuk ke ruang mesin mengandung belahan materi bakar yang tidak terbakar sempurna, condong menjadi soot atau particulete, untuk menyingkir dari particulate tersebut menggumpal sehingga menjadi gangguan tersendiri, oli mesin juga perlu additive anti pembentuk gumpalan tsb. Disamping itu pada mesin diesel, yang memungkinkan belerang terkandung lumayan banyak maka oli mesin untuk jenis ini membutuhkan additive penetral belerang tsb.
Seperti dipahami bahwa elemen mesin menyerupai piston-ring dan cylinder-liner, ujung connecting rod, kemudian cam-nose dan rocker-arm yakni saling bersentuhan. Untuk belahan menyerupai ini, pelumasan dari fluida yang bersifat mengalir menjadi pelumasan permukaan dimana alirannya sungguh terbatas. Kondisi jenis pelumasan yang ada di ruang mesin tsb, mesti direspon oleh satu jenis oli mesin saja.
Untuk pelumasan jenis permukaan tsb, kekentalan oli mesin yang tinggi akan lebih cocok untuk melindungi dari wearing elemen, tetapi kekentalan oli mesin yang tinggi tsb menjadi persoalan bagi elemen-elemen yang berputar yang menurunkan effisiensi materi bakar dari metode itu sendiri. Sebaliknya kekentalan yang rendah atau encer, manis untuk effisiensi materi bakar, tetapi memungkinkan kerusakan elemen mesin lebih tinggi disebabkan kemungkinan ukiran antar elemen yang lebih besar. Sehingga oli mesin perlu di kondisikan mudah-mudahan bisa menanggapi keadaan jenis pelumasan yang dikehendaki menyerupai di atas. Misalnya dengan penambahan additive ZDTP untuk melindungi bagian-bagian yang bersinggungan menyerupai cam dsb.
Distribusi penggunaan energi hasil pembakaran bisa digambarkan kurang lebih energi yang dapat dipakai selaku tenaga gerak metode 25%, ukiran roda dan jalan 6%, kemudian loss lantaran mekanik 7.5%, dari distribusi tsb misalnya dengan memakai oli mesin shg loss mekanik menjadi 0% sekalipun, effisiensi materi bakar akan naik 7.5%, tetapi bergotong-royong tidaklah bisa dikehendaki begitu tinggi peningkatan effisiensi materi bakarnya. Namun harga oli yang sesuai untuk effisiensi materi bakar tinggi, tidaklah begitu berlainan dari oli biasa, maka penggunaan oli untuk mempertinggi keiritan materi bakar ini tetap menjadi salah satu point yang tidak dilupakan.
Spesifikasi oli untuk mengirit materi bakar tsb termasuk banyak sekali hal penting yang perlu diingat. Seperti yang diterangkan di atas bahwa ada beberapa macam pelumasan yang terjadi di ruangan mesin, secara ringkas oli yang bagus yakni oli yang dapat menurunkan friksi pada jenis pelumasan yang manapun di atas. Pada oli yang dipasarkan, ada suatu akta yang dikeluarkan dengan standard ILAC, yakni standard yang dikeluarkan oleh produsen minyak dan produsen kendaraan beroda empat ihwal grade oli tsb.
Kecenderungan oli mesin di sekarang ini yakni penurunan kekentalan oli untuk menurunkan persoalan fluida pada elemen yang berputar, sedangkan untuk menanggulangi permasalahan pada permukaan elemen yang bersinggungan disertakan additive anti wearing, dsb. Pada operasional di lapangan yang lebih banyak dalam keadaan beban ringan atau sedang, dengan suhu sekitar 150 derajad celcius, oli yang memiliki base dari polimer memiliki kelebihan. Hal ini lantaran oli dengan base polimer mengalami pergantian kekentalan yang sedikit sekalipun terjadi pergantian suhu yang cukup besar. Sehingga aplikasi riilnya memiliki range usability yang lebih luas atau fleksible. Namun dengan kekentalan yang rendah, atau oli yang lebih encer, mempunyai kecenderungan menguap yang lebih tinggi dari pada oli berkekentalan tinggi. Hal ini juga menjadi salah satu tema observasi pada formula-development oli mesin.
Kode kekentalan dari suatu oli mesin, biasanya tertulis di luar kaleng oli tersebut. Bagian yang ada karakter W, ialah index kekentalan tsb yang diuji dengan metode pengujian Cold Cranking Simulator (CCS) Ini dilaksanakan pada suhu rendah di bawah nol, misalnya 10W, 20W, 5W, atau 0W. Semakin kecil angka di situ makin encer oli mesin tsb. Atau makin gampang dalam starter mesin. Namun bila dilihat secara problem pemakaian khusus nya di Indonesia dan bukan di dataran tinggi, oli tanpa standard CCS ini juga mencukupi. Apabila tanda kekentalan tsb, tidak memakai karakter W, maka oil tsb cuma di test dengan standard pada suhu 100 derajad C. Semakin kecil angkanya, makin encer, cocok untuk titik berat pada fuel effisiency, tetapi kurang baik untuk melindungi elemen mesin yang saling bersentuhan.
Jadi bergotong-royong dari sudut pandang teknis, untuk Indonesia yang tidak menjumpai suhu dingin, sudah cukup menyaksikan spesifikasi oli dengan code angka tanpa karakter W. Tetapi dalam pemakaian riilnya kembali terhadap kepuasan user, apakah memakai standard ganda atau cukup dengan standard tunggal tanpa pengujian CCS.
Long Life Engine Oil [SIZE=7]
Dengan makin tingginya perhatian terhadap issue lingkungan, kerja keras untuk penggunaan oli mesin hingga dengan 30,000 km di sekarang ini sudah dimulai oleh beberapa produsen oli. Hal ini disamping lebih ringan bebannya terhadap lingkungan juga meminimalisir tema dalam perawatan mesin. Dari observasi sudah dipahami bahwa penyebab utama rusaknya oli dimulai dari berkurangnya additive anti oksidasi dalam oli tsb. Semakin berkurangnya additive anti oksidasi ini memunculkan kerusakan senyawa base oil lantaran proses kimia oksidasi, yang menenteng effek berantai dengan kerusakan additive lainnya secara eksponensial yang mempercepat peningkatan kekentalan oli mesin tsb. Telah dipahami juga bahwa letak penyebab kerusakan kualitas oli mesin ini, lazimnya dimulai dari belahan antara piston dan silinder.
Pemakaian oli dalam keadaan kualitas oli sudah rusak ini akan memunculkan timbulnya kotoran yang tertumpuk dalam mesin tsb. Kotoran ini berasal dari oli itu sendiri yang terurai, dan menggumpal yang kesudahannya bisa diketemukan pada elemen-elemen mesin. Sehingga untuk memecahkan problem ini penggunaan additive anti oksidasi, additive detergent serta additive pencegah gumpalan menjadi salah satu kunci penting pada penentuan formula oli mesin baru.
Namun selaku "rule of thumb", hingga di saat ini, memakai oli yang lazim tetapi sering diganti lebih kondusif dari pada memakai oli manis tetapi jarang diganti.
Secara garis besarnya, oli mesin ada lima group (menurut Standard API)
GROUP I : Mineral Oil dengan impurity cukup besar
GROUP II : Mineral oil dengan impurity lebih minim dari Group I
GROUP III : Mineral Oil sama dengan Group II dengan index viscosity lebih besar.
GROUP IV : PAO (PolyAlphaOlefin) Synthetic Oil
GROUP V : Esters Synthetic Oil
Group III ini dibentuk dengan teknologi Synthetic - disebut dengan Synthetized Mineral Oil. Dilakukan oleh CASTROL dan menjualnya dengan Label SYNTHETIC tentunya dengan harga Synthetic Oil.
Sekarang ini nyaris semua synthetic oil menurunkan grade mereka mengikuti CASTROL dan menjualnya dengan harga Synthetic Oil (hem, meraup laba yang berlipat ganda).
Tanpa menyaksikan jenis dan kwalitas oli yang digunakan, yang menjadi permasalahan yakni BBM yang ada dalam ruang bakar tidak secara tepat menguap, sehingga tidak seluruhnya terbakar. Sisa BBM ini dan Blowby akan membasahi Ring piston dan dinding silinder, melarutkan oli sehingga kering, hingga ukiran antara ring piston dengan dinding silinder nggak ada yang nahan, cepat AUS dan RUSAK.
Point UTAMAnya yakni bagaimana membuat BBM yang dimasukkan kedalam ruang bakar menguap (mendekati 100%), sehingga akan terjadi pembakaran sempurna, nggak ada sisa BBM. Se moderen2nya motor bikinan baru, tetap saja tidak dapat membuat BBM menguap tepat dalam ruang bakar (tergantung dari kwalitas materi bakar), terlebih-lebih lagi bila ada program OPLOS-OPLOSan Bensin + Minyak tanah, ..... mesin akan cepat rusak atau performancenya akan dengan segera mengalami DEGRADASI.
Sumber : www.yjoc.com (lucky_012)
Sebagaimana sudah dipahami bahwa oli mesin memegang tugas yang sungguh penting misalnya memperkecil koeffisien friksi antar elemen mesin yang saling bersinggungan, menjadi cooling agent di ruangan mesin, menyingkir dari karat, mempertahankan mudah-mudahan tidak terjadi wearing pada permukaan elemen dsb.
Selain persyaratan tsb di atas oli mesin, di saat mesin beroperasi, selalu berada dalam lingkungan yang memiliki suhu tinggi dikarenakan proses pembakaran di ruang bakar. Proses pembakaran tsb juga memunculkan reaksi oksidasi serta memunculkan radicals atau senyawa yang biasanya timbul dikarenakan reaksi pengaruh panas, sehingga memunculkan penurunan kualitas oli mesin tsb. Untuk mempertahankan kwalitas oli dari reaski tsb dikehendaki additive pencegah oksidasi.
Disamping itu blow-by gas yang ialah gas pembakaran yang masuk ke ruang mesin mengandung belahan materi bakar yang tidak terbakar sempurna, condong menjadi soot atau particulete, untuk menyingkir dari particulate tersebut menggumpal sehingga menjadi gangguan tersendiri, oli mesin juga perlu additive anti pembentuk gumpalan tsb. Disamping itu pada mesin diesel, yang memungkinkan belerang terkandung lumayan banyak maka oli mesin untuk jenis ini membutuhkan additive penetral belerang tsb.
Seperti dipahami bahwa elemen mesin menyerupai piston-ring dan cylinder-liner, ujung connecting rod, kemudian cam-nose dan rocker-arm yakni saling bersentuhan. Untuk belahan menyerupai ini, pelumasan dari fluida yang bersifat mengalir menjadi pelumasan permukaan dimana alirannya sungguh terbatas. Kondisi jenis pelumasan yang ada di ruang mesin tsb, mesti direspon oleh satu jenis oli mesin saja.
Untuk pelumasan jenis permukaan tsb, kekentalan oli mesin yang tinggi akan lebih cocok untuk melindungi dari wearing elemen, tetapi kekentalan oli mesin yang tinggi tsb menjadi persoalan bagi elemen-elemen yang berputar yang menurunkan effisiensi materi bakar dari metode itu sendiri. Sebaliknya kekentalan yang rendah atau encer, manis untuk effisiensi materi bakar, tetapi memungkinkan kerusakan elemen mesin lebih tinggi disebabkan kemungkinan ukiran antar elemen yang lebih besar. Sehingga oli mesin perlu di kondisikan mudah-mudahan bisa menanggapi keadaan jenis pelumasan yang dikehendaki menyerupai di atas. Misalnya dengan penambahan additive ZDTP untuk melindungi bagian-bagian yang bersinggungan menyerupai cam dsb.
Distribusi penggunaan energi hasil pembakaran bisa digambarkan kurang lebih energi yang dapat dipakai selaku tenaga gerak metode 25%, ukiran roda dan jalan 6%, kemudian loss lantaran mekanik 7.5%, dari distribusi tsb misalnya dengan memakai oli mesin shg loss mekanik menjadi 0% sekalipun, effisiensi materi bakar akan naik 7.5%, tetapi bergotong-royong tidaklah bisa dikehendaki begitu tinggi peningkatan effisiensi materi bakarnya. Namun harga oli yang sesuai untuk effisiensi materi bakar tinggi, tidaklah begitu berlainan dari oli biasa, maka penggunaan oli untuk mempertinggi keiritan materi bakar ini tetap menjadi salah satu point yang tidak dilupakan.
Spesifikasi oli untuk mengirit materi bakar tsb termasuk banyak sekali hal penting yang perlu diingat. Seperti yang diterangkan di atas bahwa ada beberapa macam pelumasan yang terjadi di ruangan mesin, secara ringkas oli yang bagus yakni oli yang dapat menurunkan friksi pada jenis pelumasan yang manapun di atas. Pada oli yang dipasarkan, ada suatu akta yang dikeluarkan dengan standard ILAC, yakni standard yang dikeluarkan oleh produsen minyak dan produsen kendaraan beroda empat ihwal grade oli tsb.
Kecenderungan oli mesin di sekarang ini yakni penurunan kekentalan oli untuk menurunkan persoalan fluida pada elemen yang berputar, sedangkan untuk menanggulangi permasalahan pada permukaan elemen yang bersinggungan disertakan additive anti wearing, dsb. Pada operasional di lapangan yang lebih banyak dalam keadaan beban ringan atau sedang, dengan suhu sekitar 150 derajad celcius, oli yang memiliki base dari polimer memiliki kelebihan. Hal ini lantaran oli dengan base polimer mengalami pergantian kekentalan yang sedikit sekalipun terjadi pergantian suhu yang cukup besar. Sehingga aplikasi riilnya memiliki range usability yang lebih luas atau fleksible. Namun dengan kekentalan yang rendah, atau oli yang lebih encer, mempunyai kecenderungan menguap yang lebih tinggi dari pada oli berkekentalan tinggi. Hal ini juga menjadi salah satu tema observasi pada formula-development oli mesin.
Kode kekentalan dari suatu oli mesin, biasanya tertulis di luar kaleng oli tersebut. Bagian yang ada karakter W, ialah index kekentalan tsb yang diuji dengan metode pengujian Cold Cranking Simulator (CCS) Ini dilaksanakan pada suhu rendah di bawah nol, misalnya 10W, 20W, 5W, atau 0W. Semakin kecil angka di situ makin encer oli mesin tsb. Atau makin gampang dalam starter mesin. Namun bila dilihat secara problem pemakaian khusus nya di Indonesia dan bukan di dataran tinggi, oli tanpa standard CCS ini juga mencukupi. Apabila tanda kekentalan tsb, tidak memakai karakter W, maka oil tsb cuma di test dengan standard pada suhu 100 derajad C. Semakin kecil angkanya, makin encer, cocok untuk titik berat pada fuel effisiency, tetapi kurang baik untuk melindungi elemen mesin yang saling bersentuhan.
Jadi bergotong-royong dari sudut pandang teknis, untuk Indonesia yang tidak menjumpai suhu dingin, sudah cukup menyaksikan spesifikasi oli dengan code angka tanpa karakter W. Tetapi dalam pemakaian riilnya kembali terhadap kepuasan user, apakah memakai standard ganda atau cukup dengan standard tunggal tanpa pengujian CCS.
Long Life Engine Oil [SIZE=7]
Dengan makin tingginya perhatian terhadap issue lingkungan, kerja keras untuk penggunaan oli mesin hingga dengan 30,000 km di sekarang ini sudah dimulai oleh beberapa produsen oli. Hal ini disamping lebih ringan bebannya terhadap lingkungan juga meminimalisir tema dalam perawatan mesin. Dari observasi sudah dipahami bahwa penyebab utama rusaknya oli dimulai dari berkurangnya additive anti oksidasi dalam oli tsb. Semakin berkurangnya additive anti oksidasi ini memunculkan kerusakan senyawa base oil lantaran proses kimia oksidasi, yang menenteng effek berantai dengan kerusakan additive lainnya secara eksponensial yang mempercepat peningkatan kekentalan oli mesin tsb. Telah dipahami juga bahwa letak penyebab kerusakan kualitas oli mesin ini, lazimnya dimulai dari belahan antara piston dan silinder.
Pemakaian oli dalam keadaan kualitas oli sudah rusak ini akan memunculkan timbulnya kotoran yang tertumpuk dalam mesin tsb. Kotoran ini berasal dari oli itu sendiri yang terurai, dan menggumpal yang kesudahannya bisa diketemukan pada elemen-elemen mesin. Sehingga untuk memecahkan problem ini penggunaan additive anti oksidasi, additive detergent serta additive pencegah gumpalan menjadi salah satu kunci penting pada penentuan formula oli mesin baru.
Namun selaku "rule of thumb", hingga di saat ini, memakai oli yang lazim tetapi sering diganti lebih kondusif dari pada memakai oli manis tetapi jarang diganti.
Secara garis besarnya, oli mesin ada lima group (menurut Standard API)
GROUP I : Mineral Oil dengan impurity cukup besar
GROUP II : Mineral oil dengan impurity lebih minim dari Group I
GROUP III : Mineral Oil sama dengan Group II dengan index viscosity lebih besar.
GROUP IV : PAO (PolyAlphaOlefin) Synthetic Oil
GROUP V : Esters Synthetic Oil
Group III ini dibentuk dengan teknologi Synthetic - disebut dengan Synthetized Mineral Oil. Dilakukan oleh CASTROL dan menjualnya dengan Label SYNTHETIC tentunya dengan harga Synthetic Oil.
Sekarang ini nyaris semua synthetic oil menurunkan grade mereka mengikuti CASTROL dan menjualnya dengan harga Synthetic Oil (hem, meraup laba yang berlipat ganda).
Tanpa menyaksikan jenis dan kwalitas oli yang digunakan, yang menjadi permasalahan yakni BBM yang ada dalam ruang bakar tidak secara tepat menguap, sehingga tidak seluruhnya terbakar. Sisa BBM ini dan Blowby akan membasahi Ring piston dan dinding silinder, melarutkan oli sehingga kering, hingga ukiran antara ring piston dengan dinding silinder nggak ada yang nahan, cepat AUS dan RUSAK.
Point UTAMAnya yakni bagaimana membuat BBM yang dimasukkan kedalam ruang bakar menguap (mendekati 100%), sehingga akan terjadi pembakaran sempurna, nggak ada sisa BBM. Se moderen2nya motor bikinan baru, tetap saja tidak dapat membuat BBM menguap tepat dalam ruang bakar (tergantung dari kwalitas materi bakar), terlebih-lebih lagi bila ada program OPLOS-OPLOSan Bensin + Minyak tanah, ..... mesin akan cepat rusak atau performancenya akan dengan segera mengalami DEGRADASI.
Sumber : www.yjoc.com (lucky_012)